Kamis, 14 November 2013

MACAM-MACAM IMUNISASI


informasitips.com – Ketika dilahirkan, setiap anak memiliki kekebalan tubuh alami yang diperoleh dari ibu lewat plasenta (tali pusat). Kekebalan tubuh ini disebut dengan imunitas pasif atau kekebalan pasif. Tetapi, kekebalan pasif hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan setelah bayi dilahirkan. Setelah kekebalan pasif tersebut hilang, tubuh anak (bayi) sangat rentan terserang penyakit. Untuk itulah diperlukan imunisasi atau vaksinasi agar tubuh mampu melawan berbagai jenis penyakit berbahaya.
Imunisasi atau vaksinasi adalah pemberian bahan antigen (vaksin) berupa kuman : virus, bakteri yang telah mati/dilemahkan ke dalam tubuh seseorang untuk merangsang sistem imun tubuh menghasilkan antibodi yang bertugas melawan kuman (bakteri, virus) penyebab penyakit. Kekebalan tubuh yang diperoleh lewat vaksinasi atau imunisasi disebut imunitas aktif atau kekebalan aktif.
Saat seseorang yang telah diimunisasi terinfeksi virus atau bakteri penyebab penyakit tertentu maka sistem kekebalan tubuh orang tersebut akan mengenalinya seolah-olah tubuh pernah terinfeksi penyakit tersebut, dan segera mengaktifkan antibodi yang dibutuhkan untuk melawan virus atau bakteri yang menyerang tubuh.
Untuk melawan infeksi penyakit oleh virus, maka vaksin yang digunakan adalah virus yang sudah dilemahkan. Untuk melawan penyakit akibat infeksi bakteri, maka yang umumnya digunakan sebagai vaksin adalah bagian kecil dari bakteri yang telah mati sehingga bisa menstimulasi terbentuknya antibodi untuk melawan bakteri yang menyerang tubuh. Efektivitas imunisasi dalam melindungi tubuh manusia dari infeksi penyakit memang tidak 100%. Tetapi, efektivitas tersebut dapat ditingkatkan dengan cara pemberian vaksin yang berkala.
Jadwal imunisasi
Tubuh manusia perlu dilindangi dari berbagai macam jenis penyakit tertentu. Satu jenis vaksin tidak bisa memberikan perlindungan terhadap segala macam penyakit. Satu jenis vaksin tertentu hanya mampu memberikan perlindungan atas jenis penyakit tertentu pula dengan efektivitas yang tidak 100%. Untuk itulah diperlukan berbagai macam vaksin yang harus dimasukkan ke dalam tubuh manusia dan pemberiannya pun perlu diulang untuk meningkatkan efektivitasnya. Sejumlah vaksin yang harus dimasukkan kedalam tubuh manuisa disusun secara sistematis sesuai jadwal tertentu, yang disebut jadwal imunisasi.
Jadwal imunisasi dapat berupa kartu informasi yang berisi jadwal mengenai kapan seharusnya jenis vaksinasi tertentu diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi bervariasi antara negara yang satu dengan negara lainnya, tergantung kepada lembaga kesehatan berwewenang yang mengeluarkannya. Vaksinasi di Indonesia biasanya diadakan di pos pelayanan imunisasi seperti Posyandu, Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, rumah sakit, dan pelayanan kesehatan swasta.
Setiap orang tua wajib mengupayakan imunisasi lengkap bagi anak-anaknya. Ingatlah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Imunisasi atau pemberian vaksin merupakan langkah pencegahan yang dilakukan orang tua agar anak tidak mudah terserang jenis penyakit tertentu. Imunisasi secara lengkap sangat diperlukan supaya anak Anda tumbuh sehat, memiliki pertahanan tubuh yang kuat dan mampu melawan infeksi penyakit.
Saat ini ada berbagai macam jenis vaksin sebagai akibat dari banyaknya penyakit berbahaya bagi anak. Berikut ini adalah penjelasan mengenai berbagai jenis vaksin, manfaat yang diperoleh dan reaksi yang didapat.
  1. Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin)
Vaksin BCG diberikan ketika bayi berusia 2-3 bulan agar bayi mendapat kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Bila vaksin BCG diberikan sesudah bayi berumur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.Pemberian suntikan bisa diulang pada usia 10-13 tahun, jika dianggap perlu. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan di kulit lengan atau paha. Setelah disuntik, pada tempat bekas suntikan biasanya akan timbul semacam bisul kecil yang akan mengering dengan sendirinya. Apabila terjadi reaksi lokal di tempat suntikan, maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.
  1. Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)
Vaksin DTP merupakan vaksin yang dapat memberikan perlindungan kepada anak terhadap berbahaya berjenis difteri (kuman yang dapat membentuk selaput abu-abu atau hitam di tenggorokan), tetanus (infeksi yang menyebabkan kejang otot kuat yang bisa mematahkan tulang), dan pertusis (penyakit menular yang menyebabkan penyakit parah, batuk tak terkendali, yang dikenal sebagai batuk rejan).
Vaksin ini diberikan kepada anak-anak selama 5 kali dosis masing-masing pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 sampai 24 bulan, dan umur 5 tahun. Dan diulang pada umur 10-12 tahun dan umur 18 tahun supaya terhindar dari tetanus. DTP dapat dikombinasikan dengan vaksinasi lain untuk mengurangi frekuensi suntikan vaksin.
Saat ini, DTP dengan hepatitis B dan vaksin polio pemberiannya bisa digabung. Suntikan vaksin dilakukan pada lengan atau paha bayi. Biasanya bayi yang baru saja mendapat vaksin ini mengalami sedikit demam dan tempat bekas suntikan terasa sakit.
  1. Vaksin Campak (morbilli, measles)
Vaksin diberikan dengan tujuan agar tubuh anak mendapat kekebalan terhadap penyakit campak. Vaksin pertama diberikan saat bayi berumur 9 bulan dan vaksin ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun. Reaksi yang timbul pada tubuh anak berupa demam. Biasanya terjadi satu minggu setelah mendapat suntikan imunisasi.
  1. Vaksin Polio (IPV)
Vaksin ini merupakan salah satu vaksin yang berhasil karena semenjak adanya vaksin ini terjadi penurunan kasus polio di masyarakat. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Vaksin diberikan pada usia 0, 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin ini harus diulang agar selalu terlindung pada umur 3 dan 6 tahun. Bayi yang lahir di rumah sakit diberikan vaksin ini saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain.
  1. Vaksin Hepatitis B
Bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B ini dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dilanjutkan dengan vaksin kedua pada umur 1 bulan dan vaksin ketiga diberikan pada umur 6 bulan. Vaksin ini melindungi anak dari virus hepatitis B yang dapat menginfeksi hati. Vaksin ini juga dapat diberikan kepada bayi selama proses persalinan jika ibu terbukti terinfeksi.
Virus ini bisa menular ke orang lain melalui kontak darah atau cairan tubuh lain (berbagi sikat gigi dan peralatan dapat meningkatkan resiko terkena penyakit). Penyakit ini cukup berbahaya dan dapat mengakibatkan kerusakan hati bahkan berkembang menjadi kanker. Oleh karena itulah vaksin hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Efek samping yang paling umum dirasakan setelah vaksinasi jenis ini adalah rasa sakit di lokasi suntikan atau demam ringan.
  1. Vaksin Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi virus yang mempengaruhi hati dan dapat menyebabkan sejumlah gejala, termasuk demam, kelelahan, sakit kuning, dan kehilangan nafsu makan.Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi apabila terkena penyakit ini waktu penyembuhannya cukup lama, yakni sekitar 1 sampai 2 bulan.
Anak-anak bisa tertular penyakit ini dari berbagi makanan atau minuman dengan penderita Hepatitis A atau dengan memasukkan makanan yang terkontaminasi atau benda di mulut mereka. Vaksin ini diberikan pada anak-anak yang berusia 24 bulan, dua kali dengan interval 6-12 bulan diantara vaksinasi. Reaksi yang bisa didapatkan dari vaksin ini adalah rasa sakit di tempat suntikan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan.
  1. Vaksin Tifoid
Vaksin Tifoid polisakarida diberikan pada umur 2 tahun.Vaksin ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat hanya bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun saja. Oleh karena itu perlu dilakukan vaksin ulang kembali setiap 3 tahun.
Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis, yaitu imunisasi oral dan suntikan. Imunisasi oral berupa kapsul diberikan selang sehari selama 3 kali. Hal ini biasanya dilakukan untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan hanya satu kali. Tidak ada efek samping yang didapat pada imunisasi ini.
  1. Vaksin MMR (Measles Mumps Rubella)
Vaksinasi pertama diberikan pada umur 15 bulan dan sekali lagi pada usia antara 5 sampai 6 tahun. Vaksin anak MMR ini juga kadang dikombinasikan dengan vaksin virus cacar air. Vaksin virus MMR ini ditujukan untuk melindungi anak terhadap tiga virus berbahaya, yaitu campak, gondok dan rubella atau campak Jerman.
Campak dapat menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar. Gondok menyebabkan rasa sakit wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan kemandulan pada laki-laki. Sedangkan rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan cacat pada janin dari ibu hamil yang tertular atau pernah tertular penyakit ini jika infeksi terjadi selama kehamilan.
  1. Vaksin Influenza (flu)
Vaksin ini diberikan dengan tujuan memberikan kekebalan bagi tubuh terhadap serangan virus influenza. Vaksin ini kebanyakan diberikan di negara-negara yang memiliki empat musim, tepatnya diberikan pada musim gugur.
Vaksin Influenza diberikan pada anak yang memiliki umur lebih dari 6 bulan dan dilakukan setiap tahunnya. Pada anak umur kurang dari 9 tahun yang mendapat vaksin influenza pertama kalinya harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Hal umum yang terjadi setelah vaksinasi ini adalah rasa sakit. Selain itu beberapa anak juga mengalami efek samping vaksin ini seperti demam, nyeri serta kemerahan atau bengkak di tempat bekas suntikan.
  1. Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)
Vaksin ini juga dikenal dengan nama PCV13 (nama merek Prevnar 13). Bertujuan melindungi terhadap 13 jenis Streptococcus pneumoniae, yang merupakan bakteri penyebab meningitis, pneumonia, infeksi telinga, infeksi darah, dan bahkan kematian.
Vaksin diberikan kepada anak-anak selama empat kali yaitu pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan antara 12 – 15 bulan. Pemberian vaksin untuk melindungi anak-anak terhadap kuman yang dikenal secara kolektif sebagai bakteri pneumokokus. Efek samping dari vaksinasi ini adalah rasa kantuk, bengkak di tempat bekas suntikan, demam ringan, dan mudah tersinggung.
  1. Vaksin Varisela
Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ini ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan yang secara perlahan mengering dan membentuk koreng yang akan mengelupas. Dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar.
Bila diberikan pada anak yang berusia di atas 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Efek samping dari vaksin ini biasanya berupa demam dan pembengkakan di tempat penyuntikan.
  1. Vaksin HPV (Human Pavilloma Virus)
Vaksin ini merupakan pencegahan utama yang dilakukan untuk menghindari kanker serviks. Diberikan pada anak perempuan yang berusia di atas 10 tahun sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu (bulan ke 0, 1 dan 6). Reaksi yang didapat pada umumnya rasa nyeri dan kemerahan, bengkak di tempat suntikan dan demam.
  1. Vaksin Hib
Penyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh Bakteri Haemophilus influenza tipe B. Penyakit ini merupakan penyebab utama radang selaput otak (meningitis) yang pada umumnya menyerang anak di bawah umur 5 tahun. Vaksin diberikan pada umur 2, 4, 6 dan antara 5-18 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam tinggi dan kemerahan pada bekas suntikan.
  1. Vaksin Rotavirus
Rotavirus adalah virus yang dapat mengakibatkan diare berat pada anak. Monovalen (Rotarix) diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen (Rotateq) diberikan 3 kali. Rotarix dosis ke-1 diberikan pada umur 6-14 minggu. Dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin Rotarix selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melewati batas umur 24 minggu.
Pada vaksin Rotateq, dosis ke-1 diberikan pada umur 6 – 12 minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3 adalah 4- 10 minggu. Dosis ke-3 diberikan pada umur 2 minggu, dengan interval minimal 4 minggu. Vaksin ini aman dan tidak meyebabkan efek samping yang serius.
Inilah jadwal Imunisasi yang direkomendasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 agar anak Anda tumbuh sehat. Ayo imunisasi! (Klik untuk memperbesar)
Tabel Jadwal Imunisasi

ASKEP TB RENAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
 ginjal merupakan organ terpenting bagi kehidupan manusia . tanpa ginjal kita tidak akan dapat melakukan sekresi urine. banyak orang yang sering melalaikan fungsi kerja organ ini. dengan tidak menjaga kesehatan, pola hidup yang tidak teratur, jarang minum dsb. dari hasil penelitian banyak orang dewasa yang terkena gagal ginjal kronik. oleh karena itu kita dari sekarang harus sadar akan menjaga kesehatan organ kita, terutama ginjal.
TB yang menyerang ginjal dapat disebut TB RENAl. Setelah tuberkulosis paru, saluran ginjal merupakan lokal infeksi yang paling sering, biasanya disebabkan penyebaran hematogen baik dari tuberkulosis paru maupun tulang. Setiap bagian dari saluran ginjal dapat terkena. Sekitar 15% dari individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami tuberkulosis ginjal.
B. Rumusan masalah
1.     Apakah yang dimaksud dengan TB Renal?
2.    Bagaimana patofisiologi dari penyakit Tb Renal?
3.    Bagaimana manifestasi klinis TB Rena?
4.    Bagaimana gambaran radiologi TB Renal?
5.    Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan TB renal?
6.    Bagaimana ASKEP dari penyakit TB Renal?
C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi TB Renal
2.    Untuk mengetahui patofisiologi TB Renal
3.    Untuk mengetahui manifestasi klinis TB renal
4.    Untuk mengetahui gambaran radilogi TB Renal
5.    Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit TB Rrnal
6.    Untuk mengetahui ASKEP Tb Renal

BAB II
PEMBAHASAN
(KONSEP MEDIS)
A.  DEVINISI TB RENAL
TB yang menyerang ginjal dapat disebut TB RENAl. Setelah tuberkulosis paru, saluran ginjal merupakan lokal infeksi yang paling sering, biasanya disebabkan penyebaran hematogen baik dari tuberkulosis paru maupun tulang. Setiap bagian dari saluran ginjal dapat terkena. Sekitar 15% dari individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami tuberkulosis ginjal.
B.  Anatomi fisiologi ginjal
Setiap manusia memiliki saluran kemih yang terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan urine, dan berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh. Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak dibagian belakang abdomen atas, di belakang peritonium, didepan dua iga terakhir, dan tiga otot besar tranversum abdominis, kuadratus tumborum,dan psoas mayor.ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung disebelah posterior dilindungi oleh iga, dianterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. 9 Price, 2005:867-868)
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 10 gram. Perbedaan panjang dari kutub kekutub kedua ginjal (dibandingkan dengan pasangannya) yang lebih dari 1,5 cm (0,6 inci)
Ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10 sampai 12 inci (25 hingga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-satunya ureter adalah menyalurkan kevesika urinaria.
Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakan simpisis pubis vesika urinaria mempunyai 2 muara: dua dari ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan berfungsi  mendorong urine keluar tubuh (dibantu oleh uretra).
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika urinaria sampai keluar tubuh. (Price, 2005: 867-869).
Didalam nefron terjadi pembentukan urine yang terdiri dari 3 tahap yaitu, filtrasi glomerulus, reabsorpsitubulus dan sekresi tubulus

C. PATOFISIOLOGI
Pada awalnya, bagian ginjal yang terinfeksi adalah korteks dan medulla renalis. Kerusakan jaringannya bersifat progresif. Infeksi dapat menyebar melalui mukosa ke saluran kemih. Infeksi pada ureter dapat menyebabkan striktur. Striktur akan menyebabkan obstruksi. Suplai darah pada jaringan ginjal dapat terganggu karena kerusakan jaringan oleh gumpalan tuberkel. Terganggunya suplai darah dapat menyebabkan iskemia.
TB ekstra paru dapat menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru yang melalui kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri tuberkulosis. TB ekstra paru menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya penularan terjadi melalui transfusi darah.
            Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh arganisme microbakterium tuberculosis. Organism ini biasanya berjalan dari Paru melalaui aliran Darah ke Ginjal. Mikroorganisme kemudian menjadi dorman di Ginjal selama bertahun-tahun. Proses tuberculosis biasanya dimulai dari Glomelurus dan kemudian menyebar keseluruh nefron menyebabkan duktus renal progresif. Ketika piala ginjal terinfeksi, organism menyebar ke bawah kekandung kemih dan pada pria juga menginfeksi prostat, epididimis dan testis.(brunner dan suddarth) buku KBM.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala tuberculosis renal adalah :
1.    Biasanya disertai Sedikit demam disore hari
2.    Kehilangan berat badan
3.    Keringat malam
4.    Nafsu makan hilang
5.    Malaise umum
6.    Anorexia
7.    Pasien juga dapat mengalami hematuria.
8.    Piuria
9.    Nyeri
10. Disuria
11. Sering berkemih

E.  GAMBARAN RADIOLOGI
Pemeriksaan film dada harus dilakukan untuk menyingkirkan tuberkulosis paru. Film polos abdomen dapat memperlihatkan kalsifikasi ginjal, vesika seminalis, atau vas deferens. Kalsifikasi terlihat sebagai intensitas yang bervariasi dengan kisaran dari beberapa bintik-bintik kecil hingga daerah-daerah yang sangat padat pada kasus-kasus lanjut.Disorganisasi ginjal yang besar dapat menyebabkan ginjal tidak berfungsi.
Pada PVI, pada Ginjal dapat ditemukan deformitas pada calyces, striktur, pembentukan kavitas yang ireguler, dan jaringan parut pada parenkim ginjal.
Gb. Lobar calcification  Pada  kerusakan yang luas pada ginjal kanan akibat tuberkulosis ginjal

Gb. Kiri : Tuberkulosis ginjal yang menunjukkan kalsifikasi yang kasar Kanan :menunjukkan dilatasi calyces dan ureter akibat striktur ureter

F.  PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan adalah untuk membunuh organisme pengganggu. Kombinasi ethambutol, isoniazit dan rifampin digunakan untuk memperlambat munculnya organism resisten. Kemoterapi jangka pendek ( 4 bulan ) terbukti efektif dalam mebunuh organisme dari penetrasi kejaringan renal.
ü  Terapi
Tuberkulosis ginjal merupakan tuberkulosis ekstra paru kategori berat, maka penatalaksanaan OAT  termasuk dalam kategori I yaitu minimal 4 macam obat pada 2 bulan pertama(2HRZE), dilanjutkan dengan 2 macam obat sampai 12 bulan (4H3R3).




G.   Jenis dan dosis OAT Kategori I
Jenis obat
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Harian
3xseminggu
Isoniazid (H)
5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R)
10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z)
25
(20-30)
35
(30-40)
Ethambutol
15
(15-20)
30
(20-35)

Pengobatan TB ginjal bersifat holistic  yaitu  selain  pemberian obat anti tuberkulosis juga penanganan terhadap kelainan ginjal . Apabila diperlukan tindakan bedah, dapat dilakukan setelah pemberian OAT 4 ± 6 minggu














BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
1.  Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Tanggal pengkajian
No. Med. Rec
Diagnose Medis                :TB RENAL

2.  Riwayat kesehatan

a.  Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b.  Aktivitas dan Istirahat
kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari
c.   Integritas Ego
Adanya factor, masalah keuangan, rumah, perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan, Integritas Ego, tak ada kekuatan,Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

d.  Makanan / nutrisi
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan,berat badan dibawah jumlah berat badan ideal, kurus, pucat, Anorexia.
e.  Cairan
kelemahan, lemas.
f.    Eliminasi
Frekuensi urine,perubahan warna urine,hematuria, sering berkemih.
g.  Nyeri / rasa ketidaknyaman
nyeri,Malaise,gelisah,meringis, berhati-hati pada area sakit.
h.  Pernafasan
riwayat tuberculosis pada individu yang terinfeksi,nyeri pada saat bernafas.
i.    Keamanan
adanya kondisi penekanan imun,demam
j.    Interaksi Sosial
perasaan isolasi,menarik diri dari lingkungan social, Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

B. DIAGNOSA KERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan TB RENAL adalah sebagai berikut :
1.       Eliminasi urin
2.       Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3.       nyeri
4.       Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan,kelemahan.
5.       Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen kuman TBC.
6.       Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.

C. INTERVENSI
1.    Eliminasi urine
Tujuan :
urin kembali normal dari segi warna dan frekuensi berkemih
Intervensi :
ü  perhatikan pola berkemih dan awasi pengeluaran urine
ü  berikan tindakan berkemih rutin contoh privasi, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
ü  Berikan perawatan kebersihan parineal dan perawatan kateter ( bila ada )
ü  Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau
ü  Pemasangan kateter bila diindikasi
ü  Dekopresi kandung kemih dengan perlahan
ü  Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diinginkan.

2.    Perubahan nutrisi
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah diberikan tindakan keperawatan
Intervensi :
ü  Kaji dan catat pemasukan makanan
ü  Berikan porsi makan sedikit tapi sering
ü  Berikan orang terdekat daftar makanan yang diizinkan
ü  Timbang BB pasien
ü  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi

3.    Nyeri
Tujuan : Mengatasi nyeri
Intervensi :
ü Kaji tingkat nyeri (PQRST).
ü Jelaskan penyebab terjadinya nyeri.
ü Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
ü Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.

4.    Intoleran aktifitas
Tujuan dengan criteria hasil :
ü Berkurangnya keluhan lelah
ü Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
ü Laporan perasaan lebih berenergi
Intervensi :
ü Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
ü Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
ü Retensi produk sampah
ü Depresi
ü Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
ü Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
ü Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
ü Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
ü Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).

5.    Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi :
ü Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
ü Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat infeksi.
ü  Pertahankan hidrasi adekuat.
ü  Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu.

6.    Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
Tujuan :
Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit dan pengobatan. Dengan Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan rencana tindakan,Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
Intervensi :
ü Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.
ü Indiviodu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159).
ü Berikan informasi tentang :Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis adalah tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.
ü Pemeriksaan diagnostic termasuk :Tujuan, Diskripsi singkat,Persiapan yang diperlukan sebelum tes,Hasil tes dan kemaknaan hasil tes.
ü Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian maksimum. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159).
ü Sediakan waktu untuk pasien dan orng terdekat untuk membicarakan tentang masalah dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan untuk memiliki terapi.
ü Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan untuk TB Renal berdampak pada seluruh keluarga. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 160).
ü Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi TB renal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
ü Pasien dapat belajar tentang TB renal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
ü Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
ü Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.






















BAB IV
PENUTUP
A.  KESIMPILAN
Penyakit TB tidak hanya menyerang paru-paru namun juga dapat menyarang organ lain seperti selaput otak, selaput jantung, persendian, kulit, usus, ginjal dan saluran kemih.pasien TB dengan riwayat ginjal bermasalah dapat menimbulkan komplikasi berupa renal tuberculosis ( tuberculosis ginjal ). Untuk memastikan pasien tb dengan fungsi ginjal yang abnormal perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks dan perlu pengobatan dengan dosis yang tepat sesuai dengan fungsi ginjalnya.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon  perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit TB Renal menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
















DAFTAR PUSTAKA

ü  Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2 edisi 8, EGC, Jakarta.
ü  Doengoes,M.E.,(2000), Dokumentasi & Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
ü  Depkes RI, (2002), Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Anonim, Jakarta.
ü  Guyton, A.C., (2008), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta.
ü  Mansyur,A., (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Media Aeskulapius, Jakarta.