Selasa, 03 Desember 2013

ASKEP DM TIPE 1 DAN TIPE 2




TUGAS KELOMPOK

SISTEM ENDOKRIN
‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS’
O L E H : KELOMPOK 7
SANDRA DEWI
AYU NINGSIH
IJAYANTI
RITNA SRIRAHAYU
DENI WIJAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2013




Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji marilah kita panjatkan rasa syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kta rahmat, taufik,dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada dosen kami dengan mata kuliah system endokrin dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TYPE 1 DAN TYPE 2
Tak lupa pula marilah kita mengirimkan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing dari zaman jahiliya sampai zaman adinul islam seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnann, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga tercapai makalah yang sempurna.







Kendari, November , 2013

Penulis
                                                                        i
Daftar Isi
Kata pengantar………………………………………………………….                   i
Daftar isi…………………………………………………………………                 ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………                1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………               2
C.     Tujuan ……………………………………………………………                2
D.    Manfaat …………………………………………………………..                2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengetrian Diabetes ………………………………………………               3
B.     Penyebab Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2 …………………                 3
C.     Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2…………                4
D.    Patofisiologi Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2………………                 4
E.     Pathway Diabetes Melitus………………………………………..                6
F.      Komplikasi Diabetes Melitus…………………………………….                 7
G.    Penatalaksanaan Diabetes Melitus……………………………….                 7
H.    Pencegahan diabetes Melitus…………………………………….                 8
I.       Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2……..                 8

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ……………………………………………………….               21
B.     Saran ………………………………………………………………              21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..              22



                                                                                                                                                                        ii



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. DM merupakan salah satu penyakit degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar ,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Penyakit kencing manis telah dikenal ribuan tahun sebelum masehi. Dalam manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir sekitar tahun 1550 sM- kemudian dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang member kesan diabetes. Demikian pula dalam buku India Aryuveda 600 sM penyakit ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat bersifat ganas dan berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat. Dua ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah memberikan adanya suatu penyakit yang ditandai dengan  kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh rahasia dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia berpendapat bahwa penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan dibuang melalui air seni. Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 s/d 6 juga menemukan penyakit ini, dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya manis. Willis pada tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Sejak itu penyakit itu ditambah dengan kata mellitus yang artinya madu. Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Pada tahun Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes pada anjing yang diambil pancreasnya. Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan asistennya yang masih mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954-1956 ditemukan tablet jenis sulfonylurea generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin. Sejak itu banyak ditemukan obat seperti sulfonylurea generasi kedua dan ketiga serta golongan lain seperti biguanid dan penghambat glukosidase alfa.
  1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini meliputi:
a.       Pengertian Diabetes Melitus type 1 dan type 2
b.      Penyebab Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2
c.       Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2
d.      Patofisiologi Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2
e.       Pathway Diabetes Melitus
f.       Komplikasi Diabetes Melitus
g.      Penatalaksanaan Diabetes Melitus
h.      Pencegahan diabetes Melitus
i.        Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Type 1 dan Type 2

  1. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca maupun mahasiswa  dapat menjelaskan  pengertian, tanda dan gejala, penyebab, diabetes melitus.  Sehingga dapat di aplikasikan kepada masyarakat ataupun teman kerabat.

  1. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah diharapkan kepada pembaca ataupun mahasiswa untuk mengetahui pengertian, tanda dan gejala dan penyebab dari diabetes mellitus . sehingga secara dini kita bisa mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus atau sering dikatakan kencing manis






BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
a.       DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
penyebab : akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
b.      DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insuli. (NIDDM)
Penyebab : insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun
  1. Etiologi
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia,
-          Kerusakan genetik dari sel beta
-          Kerusakan genetik dari aksi insulin
-          Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
-          Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
-          Infeksi
-          Faktor keturunan


  1. Manifestasi
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
-      Meningkatnya pengeluaran urine (Poliuri).
-      Timbulnya rasa haus yang berlebihan (haus-haus) (Polidipsi).
-      Rasa lapar yang semakin besar (Polipagia).
-      mengeluh lelah dan mengantuk.
-      Penglihatan kabur.
-      Kesemutan pada jari tangan dan kaki.
-      Mudah infeksi pada luka
Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Pada DM tipe I mengalami ketoasidosis diabetes , keadaan disregulasi metabolik yang ditandai dengan napas bau aseton, pernapasan cepat dan dalam (kussmaul), mual , muntah dan nyeri perut, kelelahan.  (American Diabetes Association )

  1. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.


1) Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2) Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3) Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.

4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inSulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1.
Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin
tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.

Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:
-      Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
-      Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
-      Kurang gerak badan
-      Faktor keturunan (herediter)

  1. PATHWAY
Defisiensi Insulin
            Glucagon                                                         penurunan Pemakain glukosa o/ sel
            Glukogenesisis                                                            hiperglikemia                          
            Lemak            protein                                      glikosuria
            Ketogenesis    BUN                                        osmotic diuretic
               PH               nitrogen urin                             dehidrasi                     kek. Vol. cairan
            Asidosis                                                          hemokonsetrasi
·   Koma                                                           trombosis
·   Kematian                                                     
   Mual muntah
 gangguan  nutrisi                                                      Aterosklerosis
Kurang dr kebutuhan                                 
Makrovaskular                                                    mikrovaskular
                        Jantung            serebral            ekstremitas                 Retina              Ginjal
            Miokard infark            stroke              gangrene          nefropati diabetic        nefropati
                                                                                            Ggn. Penglihatan                 gagal ginjal
                                                Gangguan integrasi  kulit     resiko injury
Takut akan di amputasi
Kecemasan                                               kurang pengetahuan

                                  
  1. Komplikasi
1.      Komplikasi akut, bersifat gawat darurat seperti hipoglikemi, ketoasidosis, hiperosmolar non ketotik. tanpa penangan yang tepat dan cepat maka yang terjadi adalah orang tersebut akan koma dan bisa menyebabkan kematian.
2.      Komplikasi kronik, terjadi pada penderita diabet yang tidak dilakukan penanganan yang baik komplikasi yang terjadi di bagi menjadi 2 yaitu : 
·         Mikroangiopati, mengenapi pembuluh darah yang kecil. Akibat yang ditimbulkan antara lain kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan (retinopati diabetikum), kegagalan fungsi ginjal (nefropati diabetikum), kerusakan syaraf yang dapat menyebabkan impotensi maupun mono/polineuropati dibetikum dimana penderita merasakan lengan dan tungkai kesemutan dan lemah
·         Makroangiopati, komplikasi yang mengenai pembuluh dasar besar antara lain pembuluh darah otak (menyebabkan stroke), jantung (penyakit jantung koroner yang menyebabkan serangan jantung), dan pembuluh darah tepi (berkurangnya aliran darah ke perifer salah satu akibatnya penyembuhan luka berjalan lambat)
  1. Penatalaksanaan
Berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin:
 Sulfonilurea
 Glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin:
 Biguanid
 Tiazolidindion
 Penghambat glukosidase alfa
c.       Insulin
d. Pencegahan komplikasi
 Berhenti merokok
 Mengoptimalkan kadar kolesterol
 Menjaga berat tubuh yang stabil
 Mengontrol tekanan darah tinggi
 Olahraga teratur dapat bermanfaat :
• Mengendalikan kadar glukosa darah
• Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
• Membantu mengurangi stres
• Memperkuat otot dan jantung
• Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
• Membantu menurunkan tekanan darah

  1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
-      Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
-      Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
-      Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
I.       Pencegahan
  Menghindari obesitas
  Perbanyak olah raga
  Menjaga pola makan dengan diet sehat
J.       Asuhan Keperawatan
a)      Pengkajian Gordon
-      Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
-      Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infart miokard
-      Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
1. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011)
2. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
6. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan .
7. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
8. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
10. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

11. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita
Pemeriksaan Diagnostik
·         Gula darah meningkat biasanya > 200 mg/dl
·         Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
·         Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
·         Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
·         Alkalosis respiratorik
·         Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
·         Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
·         Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
·         Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
·         Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
·         Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
·         Kultur : kemungkinan infeksi pada luka.

b)      Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada penderita diabetes mellitus adalah
a.      Gangguan integritas kulit
Definisi:  perubahan epidermis dan dermis
Batasan karateristik :
- Kerusakan lapisan kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit (epidermis)
- Invasi struktur tubuh


Faktor yang berhubungan:
-      Eksternal ( zat kimia, kelembapan, hipertermi, hipotermi, faktor mekanik, obat, imobilisasi fisik, radiasi)
-      Internal ( perubahan statuscairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor (perubahan elastisitas), faktor perkembangan, ketidakseimbangan nutrisi, gangguan sirkulasi.
b.      Intoleransi aktivitas
Definisi: ketidakcukupan fisiologi atau psikologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas seahri-hari yg ingin atau harus dilakukan
Batasan karateristik:
-      Subjektif ( ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas, melaporkan keletihan ataukelemahan secara verbal)
-      Objetif (frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktifitas )
Faktor yg berhubungan:
-      Tirah baring dan imobilitas
-      Kelemahan umum
-      Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c.       Kekurangan  volume cairan
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstitial, atau intrasel.
Batasan karateristik:
-      Subjektif ( haus)
-      Objektif ( perubahan status mental. Penurunan turgorkulit dan lidah, penurunan haluaran urine, kulit dan membrane mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat.
Faktor yang berhubungan :
-      Kehilangan volume cairan aktif
-      Kegagalan mekanismepengaturan [ seperti : dalam diabetes insipidus, hiperaldosteroinisme ]
-      Asupan cairan yang tidak adekuat



d.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi : intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme tubuh
Batasan karateristik:
-      Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh
Faktor yang berhubungan:
-      Ketergantungan zat kimia
-      Penyakit kronis
-      Kesulitan mengunyah atau menelan
-      Kebutuhan metabolic tinggi
-      Mual dan muntah
-      Hilang nafsu makan

e.       Resiko Injury
Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat daari kondisi lingkungan yang beriinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu
Faktor resiko:
-      Internal ( profil darah yang tidak normal ( leukositosis, leucopenia), gangguan faktor pembekuan,  malnutrisi, Fisik (mis: kulit rusak, hambatan)
-      Ekksternal ( tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme, obat-obatan, racun,rancangan,  struktur dan penataan komunitas, bangunan, dan kendaraan )
f.       Resiko infeksi
Deifnisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-          Prosedur Infasif
-          Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
-          Trauma
-          Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-          Ruptur membran amnion
-          Agen farmasi (imunosupresan)


g.      Cemas
Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
-        Gelisah
-        Insomnia
-        Resah
-        Ketakutan
-        Sedih
-       fokus pada diri
-        Kekhawatiran
-        Cemas

h.      Kurang pengetahuan
Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan :
keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.






c)      intervensi
No
Diagnose keperawatan
Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Gangguan inetgritas kulit.

Outcome
Kontrol resiko proses infeksi
Criteria:
- Memonitor kebiasaan individu yang terkait faktor resiko infeksi
- Strategi pengawasan infeksi yang efektif dapat dilakukan
- Mengetahui akibat jika terjadi infeksi
1. Identifikasi faktor ekternal dan internal yang membuat pasien termotivasi untuk menjaga kesehatan nya
2. Ajarkan klien cara yang dapat digunakan untuk menghindari kebiasaan yang tidak sehat
3. Monitor bagian kerusakan terhadap adanya edema
4. Instruksikan klien pentingnya inspeksi daerah luka
5. Batasi pengunjung
6. Diskusikan pad pasien untuk rutinitas perawatan kaki
7. Tempatkan klien diruang khusus jika perlu
8. Perhatikan peningkatan aktivitas dan latihan
9. Perhatikan istirahat klien
10. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
11. Informasikan kepada keluarga tanda dan gejala infeksi
12. Instruksikan klien untuk memakan antibiotik yg telah ditentukan
13. Lakukan tindakan asepsis
2.
Intoleransi aktifitas
Outcome : perawatan diri : ADL
Kriteria:
1. Kebersihan mulut
2. Makan
3. Pakaian
4. Tempat tidur
5. Posisi tubuh
6. Berjalan
1. Mempertimbangkan kebudayaan klien ketika melakukan perwatan
2. Mempertimbangkan usia klien
3. Monitor kemampuan klien untuk perawatn diri mandiri
4. Monitor kebutuhan klien terhadap kebersihan diri, pakaian,dan makan
5. Beri dukungan hingga klien mampu melakukan aktivitas sendiri
6. Dorong pasien untuk menunjukkan aktivitas keseharian yg normal
7. Kaji kebutuhan yang memerlukan bantuan
8. Bina aktivitas keseharian klien sehari hari
3.
Kekurangan volume cairan
v  Fluid balance
v  Hydration
v Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
v  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
v  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
v  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Fluid management
· Timbang popok/pembalut jika diperlukan
· Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
· Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·  Monitor vital sign
·   Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
·   Kolaborasikan pemberian cairan IV
·   Monitor status nutrisi
·   Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·   Dorong masukan oral
·  Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
· Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
· Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
· kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
·  Atur kemungkinan tranfusi
·  Persiapan untuk tranfusi
4.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
v  Nutritional Status : food and Fluid Intake
v  Nutritional Status : nutrient Intake
Kriteria Hasil :
v  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
v  Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
v  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v  Tidk ada tanda tanda malnutrisi
v  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Nutrition Management
1.    Kaji adanya alergi makanan
2.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.    Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6.    Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
7.    Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
8.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
9.    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
10.   Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
11.   BB pasien dalam batas normal
12.   Monitor adanya penurunan berat badan
13.    Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
14.     Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
15.   Monitor lingkungan selama makan
16.   Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
17.  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
18.  Monitor turgor kulit
19.  Monitor mual dan muntah
20.  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
21.  Monitor makanan kesukaan
22.  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
23.  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
24.  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5.
Resiko injury
Outcome : tingkat glukosa darah
Kriteria :
1. Keton urin
2. Glukosa urin
1. Monitor glukosa darah
2. Monitor keton urin sebagai indikasi
3. Monitor status cairan
4.Bantu pemasukan intake cairan
5.Identifikasikemungkinan penyebab hyperglikemia
6.Instruksiakn pemeriksan keton urin, jika diperlukan
7.Antisipasi situasi peningkatan kebutuhan insulin
8.Kaji pasien terhadap tingkat kenaikan glukosa darah
9.Membatasi aktivitas klien ketika glukosa darah >250 mg/dl, terutama ketika ditemukan keton urin
6.
Resiko infeksi
v  Immune Status
v  Knowledge : Infection control
v  Risk control
Kriteria Hasil :
v  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
v  Jumlah leukosit dalam batas normal
v  Menunjukkan perilaku hidup sehat
infection Control (Kontrol infeksi)
1.   Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.   Pertahankan teknik isolasi
3.   Batasi pengunjung bila perlu
4.   Instruksikanpadapengunjung untuk mencuci tangan
5.   Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.   Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
7.   Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.   Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9.   Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11.  Tingktkan intake nutrisi
dan local
12.  Berikan terapi antibiotic bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
13.  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
14.  Monitor hitung granulosit, WBC
15.   Monitor kerentanan terhadap infeksi
16.  Saring pengunjung terhadap penyakit menular
17.  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresik0
18.  Pertahankan teknik isolasi k/p
19.  Berikan perawatan kuliat pada area epidema
20.  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
21.  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
22.  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
23.  Dorong masukan cairan
24.  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
25.  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
26.  Ajarkan cara menghindari infeksi
27.  Laporkan kecurigaan infeksi
28.  Laporkan kultur positif
7.
Cemas
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
-  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-  Mengidentifikasi, mengungkap kan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
-   Vital sign dalam batas normal
-  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan ber kurangnya kecemasan
Anxiety Reduction ( penurunan kecemasan)
-  Gunakan pendekatan yang menenangkan
-  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
-  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stress
-  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
-  Berikaninformasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
-  Identifikasi tingkat kecemasan
-  Bantu pasien mengenal situasi yang me nimbulkan kecemasan
-  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
-  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-  berikan obat untuk mengurangi kecemasan
8
Kurang pengetahuan
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
-  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
-  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Teaching : disease Process
-  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
-  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
-  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
-  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
-  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat


d)     Implementasi
Discharge Planning
1.      Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang diberikan.
2.      Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan penanganan kedaruratan
3.      Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan dan lokai
4.      Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5.      Perencanaan diit, buat jadwal
6.      Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetic
7.      Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan gejala gejala yang muncul darikeduanya.
8.      Jelaskan komplikasi yang muncul
9.      Ajarkan mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang halus.


e)      Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada  
     tanda-tanda malnutrisi.
3) Infeksi tidak terjadi
4) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
     pengobatan.


 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Klasifikasi diabetes ada 2 macam yaitu:
a.       DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
penyebab : akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
b.      DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insuli. (NIDDM)
Penyebab : insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun
B.     Saran
Memang penyakit diabetes tidak bisa disembuhkan, kecuali beberapa jenis diabetes. Tetapi dengan kemauan keras, penyakit ini dapat dikendalikan. Dengan berbekal pengetahuan yang cukup, disiplin dan keinginan yang besar, maka penyakit diabetes ini bukan merupakan penyakit yang menakutkan. Ibarat delman, penderita adalah kusir dan diabetes adalah kudanya. Sepanjang pak kusir masih memegang kendalinya, selama itu pula kudanya akan menuruti apa keinginan kusir. Dengan prinsip hidup yang positif, pada akhirnya penyandang DM dapat hidup bahagia bersama diabetes, seperti orang lain berbahagia tanpa diabetes

Daftar Pustaka
-      Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
-      Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC : Jakarta.
-      Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI : Jakarta.
-       








2 komentar:

  1. saya mngharapkan kritik dan saran dari pembaca,, agar lebih baik lagi
    terimakasi

    BalasHapus
  2. thaks min sangat membantu benget dalam saya ngerjain tugas kuliah ini.
    saya mau izin sharing materi keperawatan, semoga bermanfaat bagi semuanya.

    Aplikasi Android UKOM
    perawat indonesia
    materi Ukom perawat
    soal dan pembahasan uji kompetensi perawat
    ners
    ukom
    askep
    askep 2
    diagnosa nanda
    diagnosa nanda
    Dan masih banyak lagi materi lainnya disana

    BalasHapus