TUGAS KELOMPOK
SISTEM
ENDOKRIN
‘ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS’
O L E H :
KELOMPOK 7
SANDRA DEWI
AYU NINGSIH
IJAYANTI
RITNA SRIRAHAYU
DENI WIJAYA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2013
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji marilah kita panjatkan
rasa syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kta rahmat,
taufik,dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan kepada dosen kami dengan mata kuliah system endokrin dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TYPE 1 DAN TYPE 2
Tak lupa pula marilah kita
mengirimkan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing dari zaman jahiliya sampai zaman adinul islam seperti yang kita
rasakan saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnann, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga tercapai makalah
yang sempurna.
Kendari,
November , 2013
Penulis
i
Daftar Isi
Kata
pengantar…………………………………………………………. i
Daftar isi………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2
C. Tujuan …………………………………………………………… 2
D. Manfaat ………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetrian Diabetes
……………………………………………… 3
B. Penyebab Diabetes Melitus Type 1 dan
Type 2 ………………… 3
C. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus
Type 1 dan Type 2………… 4
D. Patofisiologi Diabetes Melitus Type
1 dan Type 2……………… 4
E. Pathway Diabetes
Melitus……………………………………….. 6
F. Komplikasi Diabetes
Melitus……………………………………. 7
G. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus………………………………. 7
H. Pencegahan diabetes
Melitus……………………………………. 8
I. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Type 1 dan Type 2…….. 8
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 21
B. Saran ……………………………………………………………… 21
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….. 22
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. DM
merupakan salah satu penyakit degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru
sebesar ,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan pada
tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Penyakit kencing manis telah dikenal
ribuan tahun sebelum masehi. Dalam manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir
sekitar tahun 1550 sM- kemudian dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan
beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang
member kesan diabetes. Demikian pula dalam buku India Aryuveda 600 sM penyakit
ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat bersifat ganas dan
berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat. Dua ribu tahun yang
lalu Aretaeus sudah memberikan adanya suatu penyakit yang ditandai dengan
kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh rahasia dan
menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung
untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia berpendapat bahwa
penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan
dibuang melalui air seni. Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 s/d 6 juga
menemukan penyakit ini, dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya
manis. Willis pada tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan
gula. Sejak itu penyakit itu ditambah dengan kata mellitus yang artinya madu.
Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Pada tahun
Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes pada anjing yang diambil
pancreasnya. Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin
oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan asistennya yang masih
mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954-1956 ditemukan tablet jenis
sulfonylurea generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin. Sejak
itu banyak ditemukan obat seperti sulfonylurea generasi kedua dan ketiga serta
golongan lain seperti biguanid dan penghambat glukosidase alfa.
- Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini meliputi:
a.
Pengertian Diabetes Melitus type 1 dan
type 2
b.
Penyebab Diabetes Melitus Type 1 dan
Type 2
c.
Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus Type 1
dan Type 2
d.
Patofisiologi Diabetes Melitus Type 1
dan Type 2
e.
Pathway Diabetes Melitus
f.
Komplikasi Diabetes Melitus
g.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
h.
Pencegahan diabetes Melitus
i.
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Type
1 dan Type 2
- Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca maupun mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
diabetes melitus. Sehingga dapat di
aplikasikan kepada masyarakat ataupun teman kerabat.
- Manfaat
Manfaat
dari makalah ini adalah diharapkan kepada pembaca ataupun mahasiswa untuk
mengetahui pengertian, tanda dan gejala dan penyebab dari diabetes mellitus .
sehingga secara dini kita bisa mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus
atau sering dikatakan kencing manis
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
a. DM
type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
penyebab
: akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel
beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama
malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini
berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan
memerlukan insulin seumur hidup.
b. DM
type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insuli. (NIDDM)
Penyebab
: insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal,
rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga
terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada
sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun
- Etiologi
DM
atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama
sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau
daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Keadaan
yang menyebabkan hiperglikemia,
-
Kerusakan genetik dari sel beta
-
Kerusakan genetik dari aksi insulin
-
Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis,
trauma, neoplasma.
-
Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
-
Infeksi
-
Faktor keturunan
- Manifestasi
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
-
Meningkatnya pengeluaran urine
(Poliuri).
-
Timbulnya rasa haus yang berlebihan
(haus-haus) (Polidipsi).
-
Rasa lapar yang semakin besar
(Polipagia).
-
mengeluh lelah dan mengantuk.
-
Penglihatan kabur.
-
Kesemutan pada jari tangan dan kaki.
-
Mudah infeksi pada luka
Keluhan
yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Pada DM tipe I mengalami
ketoasidosis diabetes , keadaan disregulasi metabolik yang ditandai dengan
napas bau aseton, pernapasan cepat dan dalam (kussmaul), mual , muntah dan
nyeri perut, kelelahan. (American
Diabetes Association )
- Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu
zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.
1) Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans
yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar
glukosa darah. Selain sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang
bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Juga
ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2) Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu
masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu
dimetabolismekan menjadi tenaga.
3) Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh
karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya anti bodi
terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel
beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang.
Reseptor inSulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa
dan glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan pada DM Tipe 1.
Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa
tinggi,juga kadar insulin
tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab
resistensi insulin:
-
Obesitas terutama yang
bersifat sentral (bentuk apel)
-
Diet tinggi lemak dan
rendah karbohidrat
-
Kurang gerak badan
-
Faktor keturunan
(herediter)
- PATHWAY
Defisiensi
Insulin
Glucagon penurunan
Pemakain glukosa o/ sel
Glukogenesisis hiperglikemia
Lemak protein glikosuria
Ketogenesis BUN osmotic
diuretic
PH nitrogen urin dehidrasi kek. Vol. cairan
Asidosis hemokonsetrasi
· Koma trombosis
·
Kematian
Mual muntah
gangguan
nutrisi Aterosklerosis
Kurang dr kebutuhan
Makrovaskular mikrovaskular
Jantung serebral ekstremitas Retina Ginjal
Miokard
infark stroke gangrene nefropati diabetic nefropati
Ggn. Penglihatan gagal ginjal
Gangguan integrasi kulit resiko injury
Takut akan di amputasi
Kecemasan
kurang pengetahuan
- Komplikasi
1. Komplikasi akut, bersifat gawat
darurat seperti hipoglikemi, ketoasidosis, hiperosmolar non ketotik. tanpa
penangan yang tepat dan cepat maka yang terjadi adalah orang tersebut akan koma
dan bisa menyebabkan kematian.
2. Komplikasi kronik, terjadi pada
penderita diabet yang tidak dilakukan penanganan yang baik komplikasi yang
terjadi di bagi menjadi 2 yaitu :
·
Mikroangiopati,
mengenapi pembuluh darah yang kecil. Akibat yang ditimbulkan antara lain
kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan (retinopati diabetikum),
kegagalan fungsi ginjal (nefropati diabetikum), kerusakan syaraf yang dapat
menyebabkan impotensi maupun mono/polineuropati dibetikum dimana penderita
merasakan lengan dan tungkai kesemutan dan lemah
·
Makroangiopati,
komplikasi yang mengenai pembuluh dasar besar antara lain pembuluh darah otak
(menyebabkan stroke), jantung (penyakit jantung koroner yang menyebabkan
serangan jantung), dan pembuluh darah tepi (berkurangnya aliran darah ke
perifer salah satu akibatnya penyembuhan luka berjalan lambat)
- Penatalaksanaan
Berupa:
a. Obat Hipoglikemik
Oral
1) Pemicu sekresi
insulin:
Sulfonilurea
Glinid
2) Penambah
sensitivitas terhadap insulin:
Biguanid
Tiazolidindion
Penghambat glukosidase alfa
c. Insulin
d. Pencegahan
komplikasi
Berhenti merokok
Mengoptimalkan kadar kolesterol
Menjaga berat tubuh yang stabil
Mengontrol tekanan darah tinggi
Olahraga teratur dapat bermanfaat :
• Mengendalikan kadar glukosa darah
• Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah
kegemukan)
• Membantu mengurangi stres
• Memperkuat otot dan jantung
• Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
• Membantu menurunkan tekanan darah
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan adalah :
-
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan
darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.
-
Urine
Pemeriksaan
didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
-
Kultur pus
Mengetahui
jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
I. Pencegahan
• Menghindari
obesitas
• Perbanyak
olah raga
• Menjaga
pola makan dengan diet sehat
J. Asuhan
Keperawatan
a) Pengkajian
Gordon
-
Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke
RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar
sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung, Sakit kepala, menyatakan
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
-
Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM
mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infart miokard
-
Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya Ada riwayat anggota
keluarga yang menderita DM
1.
Pola persepsi
Pada
pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk
sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk
tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta
dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan
mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011)
2.
Pola nutrisi metabolic
Akibat
produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan
menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
3.
Pola eliminasi
Adanya
hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan,
susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi
koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5.
Pola tidur dan istirahat
Istirahat
tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien
mengalami kesulitan tidur.
6.
Kognitif persepsi
Pasien
dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan
penglihatan .
7.
Persepsi dan konsep diri
Adanya
perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
8.
Peran hubungan
Luka
gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
9.
Seksualitas
Angiopati
dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada
daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao
Tseng on journal, Maret 2011)
10.
Koping toleransi
Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
11.
Nilai keprercayaan
Adanya
perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola
ibadah penderita
Pemeriksaan Diagnostik
·
Gula darah meningkat biasanya > 200
mg/dl
·
Aseton plasma (aseton) : positif secara
mencolok
·
Osmolaritas serum : meningkat tapi <
330 m osm/lt
·
Gas darah arteri pH rendah dan penurunan
HCO3 (asidosis metabolik)
·
Alkalosis respiratorik
·
Trombosit darah : mungkin meningkat
(dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap
stress/infeksi.
·
Ureum/kreatinin : mungkin
meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
·
Amilase darah : mungkin meningkat >
pankacatitis akut.
·
Insulin darah : mungkin menurun sampai
tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.
·
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan
aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.
·
Urine : gula dan aseton positif, BJ dan
osmolaritas mungkin meningkat.
·
Kultur : kemungkinan infeksi pada luka.
b) Diagnosa
Keperawatan
Kemungkinan
diagnose keperawatan yang muncul pada penderita diabetes mellitus adalah
a.
Gangguan
integritas kulit
Definisi: perubahan epidermis dan dermis
Batasan
karateristik :
-
Kerusakan lapisan kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit (epidermis)
- Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan:
-
Eksternal
( zat kimia, kelembapan, hipertermi, hipotermi, faktor mekanik, obat,
imobilisasi fisik, radiasi)
-
Internal
( perubahan statuscairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor (perubahan
elastisitas), faktor perkembangan, ketidakseimbangan nutrisi, gangguan
sirkulasi.
b.
Intoleransi
aktivitas
Definisi:
ketidakcukupan fisiologi atau psikologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktifitas seahri-hari yg ingin atau harus dilakukan
Batasan karateristik:
-
Subjektif
( ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas, melaporkan keletihan
ataukelemahan secara verbal)
-
Objetif
(frekuensi
jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktifitas )
Faktor
yg berhubungan:
-
Tirah baring dan imobilitas
-
Kelemahan umum
-
Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c.
Kekurangan
volume cairan
Definisi : penurunan
cairan intravascular, interstitial, atau intrasel.
Batasan karateristik:
-
Subjektif
( haus)
-
Objektif
( perubahan status mental. Penurunan turgorkulit dan lidah, penurunan haluaran
urine, kulit dan membrane mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urin meningkat.
Faktor
yang berhubungan :
-
Kehilangan volume cairan aktif
-
Kegagalan mekanismepengaturan [ seperti
: dalam diabetes insipidus, hiperaldosteroinisme ]
-
Asupan cairan yang tidak adekuat
d.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi : intake
nutrisi tidak cukup untuk metabolisme tubuh
Batasan karateristik:
-
Berat badan kurang dari 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh
Faktor
yang berhubungan:
-
Ketergantungan zat kimia
-
Penyakit kronis
-
Kesulitan mengunyah atau menelan
-
Kebutuhan metabolic tinggi
-
Mual dan muntah
-
Hilang nafsu makan
e.
Resiko
Injury
Definisi : beresiko
mengalami cedera sebagai akibat daari kondisi lingkungan yang beriinteraksi
dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu
Faktor resiko:
-
Internal
(
profil darah yang tidak normal ( leukositosis, leucopenia), gangguan faktor
pembekuan, malnutrisi, Fisik (mis: kulit
rusak, hambatan)
-
Ekksternal
( tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme, obat-obatan,
racun,rancangan, struktur dan penataan
komunitas, bangunan, dan kendaraan )
f.
Resiko
infeksi
Deifnisi : Peningkatan
resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
g.
Cemas
Definisi : Perasaan
gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon
autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan
peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
- Gelisah
- Insomnia
- Resah
- Ketakutan
- Sedih
- fokus pada diri
- Kekhawatiran
- Cemas
h.
Kurang
pengetahuan
Definisi : Tidak adanya
atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan
adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan
:
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
c) intervensi
No
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan dan criteria hasil (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
1.
|
Gangguan inetgritas kulit.
|
Outcome
Kontrol resiko proses infeksi
Criteria:
-
Memonitor kebiasaan individu yang terkait faktor resiko infeksi
-
Strategi pengawasan infeksi yang efektif dapat dilakukan
- Mengetahui akibat jika terjadi
infeksi
|
1.
Identifikasi faktor ekternal dan internal yang membuat pasien termotivasi
untuk menjaga kesehatan nya
2.
Ajarkan klien cara yang dapat digunakan untuk menghindari kebiasaan yang
tidak sehat
3.
Monitor bagian kerusakan terhadap adanya edema
4.
Instruksikan klien pentingnya inspeksi daerah luka
5.
Batasi pengunjung
6.
Diskusikan pad pasien untuk rutinitas perawatan kaki
7.
Tempatkan klien diruang khusus jika perlu
8.
Perhatikan peningkatan aktivitas dan latihan
9.
Perhatikan istirahat klien
10.
Ajarkan klien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
11.
Informasikan kepada keluarga tanda dan gejala infeksi
12.
Instruksikan klien untuk memakan antibiotik yg telah ditentukan
13. Lakukan tindakan asepsis
|
2.
|
Intoleransi aktifitas
|
Outcome
: perawatan diri : ADL
Kriteria:
1.
Kebersihan mulut
2.
Makan
3.
Pakaian
4.
Tempat tidur
5.
Posisi tubuh
6. Berjalan
|
1.
Mempertimbangkan kebudayaan klien ketika melakukan perwatan
2.
Mempertimbangkan usia klien
3.
Monitor kemampuan klien untuk perawatn diri mandiri
4.
Monitor kebutuhan klien terhadap kebersihan diri, pakaian,dan makan
5.
Beri dukungan hingga klien mampu melakukan aktivitas sendiri
6.
Dorong pasien untuk menunjukkan aktivitas keseharian yg normal
7.
Kaji kebutuhan yang memerlukan bantuan
8. Bina aktivitas keseharian klien
sehari hari
|
3.
|
Kekurangan volume cairan
|
v Fluid balance
v Hydration
v
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria
Hasil :
v Mempertahankan urine output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
v Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
normal
v
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
|
Fluid
management
·
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
· Monitor vital sign
· Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
· Kolaborasikan pemberian cairan IV
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
·
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
·
kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
· Atur kemungkinan tranfusi
·
Persiapan untuk tranfusi
|
4.
|
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
v Nutritional Status : food and Fluid Intake
v Nutritional Status : nutrient Intake
Kriteria
Hasil :
v Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
v Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
v Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidk ada tanda tanda malnutrisi
v Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan
dari menelan
v
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
Nutrition
Management
1.
Kaji adanya alergi makanan
2.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
5.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
6.
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
7.
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
8.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
9.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
10.
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
11.
BB pasien dalam batas normal
12.
Monitor adanya penurunan berat badan
13.
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
14.
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
15.
Monitor lingkungan selama makan
16.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
17. Monitor kulit
kering dan perubahan pigmentasi
18. Monitor turgor
kulit
19. Monitor mual
dan muntah
20. Monitor kadar
albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
21. Monitor
makanan kesukaan
22. Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
23. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
24. Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet
|
5.
|
Resiko injury
|
Outcome
: tingkat glukosa darah
Kriteria
:
1.
Keton urin
2. Glukosa urin
|
1.
Monitor glukosa darah
2.
Monitor keton urin sebagai indikasi
3.
Monitor status cairan
4.Bantu
pemasukan intake cairan
5.Identifikasikemungkinan
penyebab hyperglikemia
6.Instruksiakn
pemeriksan keton urin, jika diperlukan
7.Antisipasi
situasi peningkatan kebutuhan insulin
8.Kaji
pasien terhadap tingkat kenaikan glukosa darah
9.Membatasi aktivitas klien ketika
glukosa darah >250 mg/dl, terutama ketika ditemukan keton urin
|
6.
|
Resiko infeksi
|
v Immune Status
v Knowledge : Infection control
v Risk control
Kriteria
Hasil :
v Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
v Jumlah leukosit dalam batas normal
v
Menunjukkan perilaku hidup sehat
|
infection
Control (Kontrol infeksi)
1.
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.
Pertahankan teknik isolasi
3.
Batasi pengunjung bila perlu
4.
Instruksikanpadapengunjung untuk mencuci tangan
5.
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
7.
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
9.
Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
11.
Tingktkan intake nutrisi
dan
local
12. Berikan terapi
antibiotic bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
13. Monitor tanda
dan gejala infeksi sistemik
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Saring
pengunjung terhadap penyakit menular
17. Partahankan
teknik aspesis pada pasien yang beresik0
18. Pertahankan
teknik isolasi k/p
19. Berikan
perawatan kuliat pada area epidema
20. Inspeksi kulit
dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
21. Ispeksi
kondisi luka / insisi bedah
22. Dorong
masukkan nutrisi yang cukup
23. Dorong masukan
cairan
24. Instruksikan
pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
25. Ajarkan pasien
dan keluarga tanda dan gejala infeksi
26. Ajarkan cara
menghindari infeksi
27. Laporkan
kecurigaan infeksi
28. Laporkan
kultur positif
|
7.
|
Cemas
|
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
- Klien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi,
mengungkap kan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan ber
kurangnya kecemasan
|
Anxiety Reduction ( penurunan
kecemasan)
- Gunakan
pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami
prespektif pasien terhdap situasi stress
- Temani
pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Berikaninformasi
faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Identifikasi
tingkat kecemasan
- Bantu
pasien mengenal situasi yang me nimbulkan kecemasan
- Dorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
- berikan
obat untuk mengurangi kecemasan
|
8
|
Kurang pengetahuan
|
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
- Pasien
dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
- Pasien
dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien
dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
|
Teaching : disease Process
- Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
- Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
- Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Gambarkan
proses penyakit, dengan cara yang tepat
- Instruksikan
pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
|
d) Implementasi
Discharge Planning
1. Berikan
penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang
diberikan.
2. Ajarkan
dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan penanganan
kedaruratan
3. Simulasikan
cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan dan
lokai
4. Ajarkan
memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5. Perencanaan
diit, buat jadwal
6. Perencanaan
latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetic
7. Ajarkan
gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan gejala
gejala yang muncul darikeduanya.
8. Jelaskan
komplikasi yang muncul
9. Ajarkan
mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang
halus.
e) Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus
adalah :
1) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit,
normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium
normal dan tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi.
3) Infeksi tidak terjadi
4) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses
pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo,
2002).
Klasifikasi diabetes ada 2 macam yaitu:
a. DM
type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin (IDDM)
penyebab
: akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel
beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama
malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini
berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan
memerlukan insulin seumur hidup.
b. DM
type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insuli. (NIDDM)
Penyebab
: insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal,
rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga
terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada
sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun
B. Saran
Memang penyakit
diabetes tidak bisa disembuhkan, kecuali beberapa jenis diabetes. Tetapi dengan
kemauan keras, penyakit ini dapat dikendalikan. Dengan berbekal pengetahuan
yang cukup, disiplin dan keinginan yang besar, maka penyakit diabetes ini bukan
merupakan penyakit yang menakutkan. Ibarat delman, penderita adalah kusir dan
diabetes adalah kudanya. Sepanjang pak kusir masih memegang kendalinya, selama
itu pula kudanya akan menuruti apa keinginan kusir. Dengan prinsip hidup yang
positif, pada akhirnya penyandang DM dapat hidup bahagia bersama diabetes,
seperti orang lain berbahagia tanpa diabetes
Daftar Pustaka
- Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC :
Jakarta.Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC :
Jakarta.
- Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC : Jakarta.
- Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC :
Jakarta.FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI :
Jakarta.
-
saya mngharapkan kritik dan saran dari pembaca,, agar lebih baik lagi
BalasHapusterimakasi
thaks min sangat membantu benget dalam saya ngerjain tugas kuliah ini.
BalasHapussaya mau izin sharing materi keperawatan, semoga bermanfaat bagi semuanya.
Aplikasi Android UKOM
perawat indonesia
materi Ukom perawat
soal dan pembahasan uji kompetensi perawat
ners
ukom
askep
askep 2
diagnosa nanda
diagnosa nanda
Dan masih banyak lagi materi lainnya disana